Kamis, 20 September 2012

SIRUP KEMAR KHAS DIENG



Gurih-gurih Nyoi harga terjangkau dijamin pasti ketagihan

Sabtu, 08 September 2012

Indahnya Desa di Bukit Dieng

 
photo 
Jika Anda pergi ke Dieng jangan berhenti melangkahkan kaki ketika sudah berkeliling candi, kawah, dan Telagawarna. Lanjutkan perjalanan ke desa Sembungan, Kecamatan Kejajar,Wonosobo.Desa Sembungan merupakan perkampungan yang letaknya tertinggi di tanah Jawa dengan ketinggian mencapai 2.400 mdpl. Jumlah penduduknya sekitar 1.400 jiwa, desa yang terkungkung bukitan tersebut bersembunyi di barat pusat Dieng. 

Pada pagi hari Desa Sembungan menawarkan keindahan matahari terbit dari puncak bukit Sikunir. Sunrais istimewa yang berhias empat gunung cukup mendominasi yakni, gunung Sindoro, gunung Sumbing, gunung Merbabu, dan gunung Merapi di kiri. Pemandangan danau Si Cebong dari atas bukit pun tak kalah menawan. Perjalanan menuruni bukit Sikunir sama menariknya. Cuaca cerah pagi hari tak kan menghalangi pandangan mata hingga ke lembah terendah. Danau Sicebong menjadi daya tarik tersendiri dengan riak airnya yang khas dan jarang ditemukan di tempat lain.
Gunung Slamet yang menjulang di awan menemani matahari yang beringsut meninggalkan kemilau kuning jingga senja.

Minggu, 27 Mei 2012

Panorama Kawasan Candi Cetho


Candi Cetho berada di kawasan Gunung Lawu, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasinya bisa diakses dari Kota Solo kurang lebih 45 kilo meteer ke arah timur. Cnadi ini berada pada ketinggian 1.470 meter dpl, dan hanya bisa dicapai melalui jalan aspal sempit, menanjak curam, dan berkelok-kelok. Kesejukan udara pegunungan dan keindahyan panorama alam akan menjadi teman setia menjelajahi kompleks candi hindu. Baru lepas pukul 14.00 pada ketinggian Candi Cetho kabut sudah turun begitu pekat sehinga para pengendara kendaraan harus memperlambat kecepatan.

Komplek Candi Cetho dibangun pada akhir kekuasaan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Brawijaya V, itu dibuktikan dengan adanya susunan batu pada salah satu terasnya yang berisi pahatan berbentuk matahari yang menggambarkan Surya Majapahit lambang Kerajaan Majapahit. Candi ini kali pertama ditemukan sebagai reruntuhan batu dengan 14 teras berundak. Namun sekarang hanya tertinggal 13 teras, sembilan diantaranya telah dipugar. Candi Cetho masih dipergunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat beribadah agama Hindu.

Cerita dari Sembilan Trap 




Candi Cetho memiliki struktur bangunan yang unik yang tediri dari sembilan trap (tingkatan) yanng berbentuk memanjang ke belakang, mirip dengan tempat pemujaan pada masa purba,yaitu punden mberundak. Pada tiap trap terdapat gapura yang hampir  semua mirip bentuknya.

Pada Trap Pertama, terdapat halaman depan candi. Pada Trap Kedua, para wisatawan akan mendapatkan  petilasan Ki Ageng Krincingwesi yang konon merupakan leluhur masyarakat Cetho.Pada Trap ketiga, tedapat susunan relief yang memanjang di atas tanah yang meggambarkan nafsu badaniah manusia (nafsu hewani) berbentuk phallus (alat kelamin laki-lakidengan panjang lebih dari 2 meter dan diapit dua buah lambang kerajaan Majapahit (Suya Majapahit). Pada trap selanjutnya, wisatawan dapat melihat relief pendek yang merupakan cuplikan kisah Sudamala, yaitu kisah tentang usaha manusia untuk melepaskan diri dari malapetaka. Kemudian pada dua trap di atasnya teredapat pendapa-pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Padaa trap ketujuh terdapat dua buah arca, yakni arca Sabdopalon dan Noyogenggong, dua abdi kinasih dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

Pada Trap kedelapan, terdapat arca phallus (Kuntobimo) dan arca Sang Prabu Brawijaya yang digambarkan sebagai "maha dewa".
 Acra Pallus melambangkan ucapan syukur atas kesuburan yang melilmpah di bumi Cetho, dan sebuah pengharapan kepada Tuhan agar kesuburan yanng dilimpahklan itu tak akan terputus selamanya.
arca Prabu Brawijaaya melambangkan tauladan masyarakat terhadap kepemimpinan sang raja sebagai pemimpin yang berbudi luhur. Kemudian pada trap yang terakhir (ke-9), adalah merupakan trap utama sebagai tempat pemanjatan doa kepada pennguasa semesta. Trap terakhir ini berbentuk kubus, berukuran 1,50 meter persegi. 








 Lokasi ini oleh masyarakat Hindu masih digunakan untuk melaksanakan ibadah persembahan  kepada Sang Yang Widhi.  Berdoa dan melakukan penyepian.


Kamis, 22 Maret 2012

Legenda Dewa Ruci



Ketika Bratasena mendapat perintah dari guru Drona yang hampir pasti tidak ada yang bisa dilaksanakan oleh siapa pun, ia tetap saja tampak tenang dan cercaya diri. melaksanakan perintah itu.  Bratasena diperintahkan supaya mencari kayu gung susuhing angin dan mencari Tirta Pawitrasari (air penmghidupan) yang ada di tengah hutan dan di tengah samudera. luas "gung liwang-liwung gawat kaliwat-liwat jalmo moro jalmo mati" Perintah ini sebenarnya hanya untuk menjebak sang Bratasena supaya sirna patilaya karena perintah itu mustahil ada dan mustahil keberadaannya. Namun perintah itu oleh Bratasena tetap dilaksanakan dengan  penuh tanggung jawab, penuh ketenanagan, penuh kesabaran dan tekat yang bulat, itu karena demi perintah  dan menghormati guru spiritualnya. Oleh karena itu bergegaslah Bratasena berangkat masuk keluar hutan, dan mengarungi samudera luas.
Dalam misi itu, Bratasena dapat berhasil menyingkirkan segala rintangan baik yang ada di dalam hutan maupun di tengah samudera, apaun segala aral melintang "rawe-rawe rantas, malang-malang putung" Apa yang ditemui Bratasena dengan susah payah berhasil disingkirkan dan berhasillah Bratasena mengarungi samudera luas. Akhirnya tak terduga bertemulah  Bratasena dengan Sang Hyang Suci Dewa Ruci. Disanalah ia mendapat pelajaran yang sangat berharga dalam hidupnya, dan bukan kematiannya seperti yang harapkan oleh betara Drona tetapi justru ilmu tingkat tinggi yang didapatnya,   http://ajisatyadayukumarajati.blogspot.com

Minggu, 26 Februari 2012

Legenda Pangeran Si Kidang


Ratu Dewi Sinta yang cantik jelita adalah penghuni istana besar di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Kecantikan Sang Ratu membutat Pangeran Kidang  Garungan, seorang manusia berkepala Kijang, jatuh cinta padanya. Pangeran pun melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Sang Ratu yang tak berkehendak hati  dipinangnya senantiasa mencari cara untuk menolak secara halus pinangan Sang Pangeran. Akhirnya Sang Ratu yang cantik jelita menemukan akal supaya Sang Pangeran menggagalkan niatnya meminang Sang Ratu, maka diperintahkanlah Sang Pangeran untuk membuatkan sebuah sumur yang besar dam dalam.

Pangeran Kidang Garungan yang sudah terlanjur cinta matia-matian dengan Sang Ratu, dengan senang hati dan penuh semangat menuruti permintaan Sang Ratu dengan menggali sumur perminytaannya. Singkat cerita, ketika sumur hampir selesai dibuatnya, Ratu Sinta Dewi dan para pengawalnya merasa cemas, sebab apa bila sumur dapat berhasil  diselesaikan,  Sang Pangeran berhasil pula meminang Sang Ratu. Kemudian Sang Ratu dan para pengawalnya bergegas menimbun sumur tersebut dengan batu dan tanah sampai rata dengan permukaan tanah. Sang Pangeran yang berada di dalam sumur pun tertimbun. Dengan segala kesaktiannya Sang Pangeran berusaha keluar dari titmbunan, namun gagal. Sang Pangeran pun marah, dengan geramnya Sang Pangeran mengutuk Sang Ratu Sinta Dewi sampai keturunannya kelak akan berambut gimbal. Timbunan sumur itu pun kini menjilma menjadi Kawah Si Kidang.

LEGENDA RAMBUT GIMBAL

Sebuah legenda yang berkembang sampai saat ini di kawasan Dataran Tinggi Dieng sejak ratusan tahun yang lalu, kisah masyarakat berambut gimbal yang misterius serta pesona indahnya Kawah Si Kidang menjadi  salah satu obyek wisata di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, setiap tahun selalu diadakan upacara ruwatan pemotongan rambut gimbal yang dikemas dengan ruwatan spiritual agar hadup di masa datang akan lebih baik dan penuh barokah. Rambut gimbal tumbuh alami pada anak-anak di dataran tinggi Dieng. Ruwatan gimbal sudah berlangsung sejak masa Kyai Kolodete dan Nini Roro Ronce yang diyakini sebagai leluhur tanah Dieng. Anak-anak gimbal  hingga kini masih doitemukan di tanah Dieng, tanah yang diyakinin sebagai negerim Dewa, karena letaknya yang seolah di atas awan dengan  ketinggian di atas 2.350 mdpl.