Jumat, 30 Desember 2011

RITUAL RAMBUT GIMBAL di KOMPLEK CANDI DIENG




Sejarah telah mencatan bahwa pertama kali yang menemukan komplek Candi Dieng adalah seorang tentara Inggis pada tahun 1814 dimana pada saat itu candi-candi itu terendam oleh air rawa kemudian dalam perkembangan zaman dan perkemmbangan IPTEK, hingga kini terlihat komplek candi-candi tersebut yang dapat dinikmati keindahan dan keberadaannya. Luas komplek candi Dieng sekitar 1.8-0,8 km yang terbagi menjadi 3 kelompk candi yaitu komplek Candi Arjuna, kelompok Candi Gatutkaca,  dan kelompok Candi Dwarawati.

Ritual Potong Rambut Gimbal
Di komplek candi Arjuna para wisatawan akan menyaksikan ritual cukuran anak rambut gimbal yang tumbuh di kepala anak-anak. Rambut ini dicukur karena diyakini membawa suker dan sial dalam hidupnya dimasa datang, makanya harus dibuang




Disamping 3 kelompok candi tersebut, ada beberapa candi yang berdiri sendiri yaitu:

1. Candi Bima 
























2. Candi Dwarawati



Candi Dwarawati Dieng perlu dirawat (foto:pyt/BNC)


3. Candi Gatutkaca




  4. Candi Ontorejo


Photobucket

  1. Candi Nakula











Rabu, 28 Desember 2011

Kawah Sikidang


Telaga Simenjer



http://btiktiara.wordpress.com

Kaewah Sileri

Kawah Candradimuka

Kawah Candradimuka merupakan nama kawah dari cerita pewayangan mahabharata dalam kisah Gatotkaca Lahir. Kawah candradimuka letaknya di atas gunung dan sangat panas, yang digunakan untuk tempat penggemblengan kanuragan Gatotkaca muda (Tetuko). Kawah Candradimuka berbentuk memanjang  dan mengikuti aliran sungai. Kawah ini berasal dari sesar yang mengeluarkan uap panas, air panas, belerang dan lumpur. Aktivitas pemanasan berasal dari hidrotermal sisa gunung Jimat. Candradimuka merupakan nama kawah dari cerita pewayangan mahabharata dalam kisah Gatotkaca Lahir, yang kelak akan digunakan untuk  gemblengan fisik Raden Gatotkaca muda.

Kawah Candradimuka berbentuk memanjang  dan mengikuti aliran sungai. Kawah ini berasal dari sesar yang mengeluarkan uap panas, air panas, belerang dan lumpur. Aktivitas pemanasan berasal dari hidrotermal sisa gunung Jimat yang diperkirakan tidak aktif lagi ketika jaman kuarter ten


Kawah Candradimuka menurut cerita pewayangan yang diyakini oleh masyarakat setempat adalah sebuah kawah yang digunakan untuk "menggodog" jabang bayi Tetuko atau yang dikenal dengan nama Gatutkaca,  untuk menambah kesaktian, san kekuatan fisik Raden Gatutkaca. dari dalam kawah tercium bau belerang yang menyengat, masyarakat setempat meyakini bahwa kawah Candradimuka bisa menyembuhkan suatu penyakit terutama penyakit kulit.

Rabu, 21 Desember 2011

Sumur Jalatunda

 Sumur Jalatunda, sumur terbesar se Indonesia.. bahkan mungkin sedunia. Menurut kami lebih cocok disebut kawah melihat bentuk dan lebarnya.

Konon menurut cerita tukang ojek yang menjadi pemandu kami, barang siapa yang mampu melempar batu ke tengahnya, maka permintaanya akan dikabulkan..  
Dari pasar Batur perjalanan ke arah timur melewati tanjakan yang tajam dan berkelok-kelok sampailah di Sumur Jalatunda Gunung Dieng. Sebuah sumur yang konon kabarnya menjadi tempat Antareja, Antaboga, Antasena, dan Nyai Dewi Kuntki bertafakur. Pada bulan Haji dan bulan Suro tempat ini menjadi jujugan para pelaku ritual untuk memperoleh hidayah supaya hajatnya terkabul. 

Sumur Jalatunda yang letaknya paling utara dara wilayah kabupaten Banjarnegara ini menurut sejarah kuno berasal dari sebuah ledakkan dahsyat dari bumi berabad-abad yang lalu dan membentuk areal cekungan yang sangat luas, kedalamanya mencapai 750 meter lebih. Di sini para pengunjung yang datang akan melempar koin kuning, apa bila koin bisa melewati Sumur Jalatunda, maka apa yang menjadi cita-cita hajatnya akan terkabul. Namun, sejak 1990 pemerintah setempat melarang melempar koin dengan alasan yang tidak jelas, dan diganti dengan kerikil yang jumlahnya 3 buah. Tiga buah kerikil ini melambangkan Antasena, Antareja, dan Antaboga yang bersemayam di dalamnya.

Dieng Indah



   
Dataran tinggi Dieng merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat Banjarnegara. Di kawasan ini terdapat komplek candi peninggalan peradaban Hindu abad ke-7 M. Hawa sejuk di kawasan ini menambah nyamannya para wisatawan menikmati indahnya Bukit Dieng. Indah sekali rasanya sedang berada di atas langit.

Menelusuri Indahnya Pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah seakan berada di sorga loka, selain indah tempat ini sangat cocok untuk mengheningkan cipta mencari inspirasi dan menenangkan jiwa. Keindahan yang tiada tara, tiada duanya di dunia. Tempat ini juga merupakan tempat tetirah yang tepat bagi orang-orang yang ingin mencari ketenangan dan ketentraman jiwa. Bahkan dalam pemahaman Hindiu Jawa, Dieng diyakini tempat suci bersemayamnya para dewa.

Menuju dataran tinggi Dieng bisa arah alternatif Pekalongan (sisi utara)-Kalibening-Batur-Wonosobo, jalan beraspal menanjak dan berkelok cukup mengasyikkan, medannya memang cukup berat, kanan kiri jurang  apalagi ketika turun hujan jalan tambah licin, sekali tergelincir bisa masuk jurang terhimpit hutan pinus dan karet. Jika ingin menikmati indahnya Dataran Tinggi Dieng, sebaiknya mempersiapkan fisik dan kendaraan agar siap jalan sehingga dapat menikmati dengan rasa nyaman menapki jalan tanjakan yang rata-rata kemiringannya bisa mencapi 60 derajat.