Minggu, 27 Mei 2012

Panorama Kawasan Candi Cetho


Candi Cetho berada di kawasan Gunung Lawu, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasinya bisa diakses dari Kota Solo kurang lebih 45 kilo meteer ke arah timur. Cnadi ini berada pada ketinggian 1.470 meter dpl, dan hanya bisa dicapai melalui jalan aspal sempit, menanjak curam, dan berkelok-kelok. Kesejukan udara pegunungan dan keindahyan panorama alam akan menjadi teman setia menjelajahi kompleks candi hindu. Baru lepas pukul 14.00 pada ketinggian Candi Cetho kabut sudah turun begitu pekat sehinga para pengendara kendaraan harus memperlambat kecepatan.

Komplek Candi Cetho dibangun pada akhir kekuasaan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Brawijaya V, itu dibuktikan dengan adanya susunan batu pada salah satu terasnya yang berisi pahatan berbentuk matahari yang menggambarkan Surya Majapahit lambang Kerajaan Majapahit. Candi ini kali pertama ditemukan sebagai reruntuhan batu dengan 14 teras berundak. Namun sekarang hanya tertinggal 13 teras, sembilan diantaranya telah dipugar. Candi Cetho masih dipergunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat beribadah agama Hindu.

Cerita dari Sembilan Trap 




Candi Cetho memiliki struktur bangunan yang unik yang tediri dari sembilan trap (tingkatan) yanng berbentuk memanjang ke belakang, mirip dengan tempat pemujaan pada masa purba,yaitu punden mberundak. Pada tiap trap terdapat gapura yang hampir  semua mirip bentuknya.

Pada Trap Pertama, terdapat halaman depan candi. Pada Trap Kedua, para wisatawan akan mendapatkan  petilasan Ki Ageng Krincingwesi yang konon merupakan leluhur masyarakat Cetho.Pada Trap ketiga, tedapat susunan relief yang memanjang di atas tanah yang meggambarkan nafsu badaniah manusia (nafsu hewani) berbentuk phallus (alat kelamin laki-lakidengan panjang lebih dari 2 meter dan diapit dua buah lambang kerajaan Majapahit (Suya Majapahit). Pada trap selanjutnya, wisatawan dapat melihat relief pendek yang merupakan cuplikan kisah Sudamala, yaitu kisah tentang usaha manusia untuk melepaskan diri dari malapetaka. Kemudian pada dua trap di atasnya teredapat pendapa-pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Padaa trap ketujuh terdapat dua buah arca, yakni arca Sabdopalon dan Noyogenggong, dua abdi kinasih dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

Pada Trap kedelapan, terdapat arca phallus (Kuntobimo) dan arca Sang Prabu Brawijaya yang digambarkan sebagai "maha dewa".
 Acra Pallus melambangkan ucapan syukur atas kesuburan yang melilmpah di bumi Cetho, dan sebuah pengharapan kepada Tuhan agar kesuburan yanng dilimpahklan itu tak akan terputus selamanya.
arca Prabu Brawijaaya melambangkan tauladan masyarakat terhadap kepemimpinan sang raja sebagai pemimpin yang berbudi luhur. Kemudian pada trap yang terakhir (ke-9), adalah merupakan trap utama sebagai tempat pemanjatan doa kepada pennguasa semesta. Trap terakhir ini berbentuk kubus, berukuran 1,50 meter persegi. 








 Lokasi ini oleh masyarakat Hindu masih digunakan untuk melaksanakan ibadah persembahan  kepada Sang Yang Widhi.  Berdoa dan melakukan penyepian.


0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar di sini